Petani Milenial Minta Pemerintah Segera Umumkan Rencana jelas Alokasi CPO yang di Stop Ekspor

Petani Milenial Minta Pemerintah Segera Umumkan Rencana jelas Alokasi  CPO yang di Stop Ekspor

Visiindonesia.com - Dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah melalui pidato prresiden Jokowi pada hari jumat, (22/04/22) dimana “pemerintah melarang ekspor minyak mentah sawit / Crude Palm Oil (CPO) mulai hari kamis, (28/04/22) sampai waktu yang ditentukan dikemudian hari.”

Hal ini menggemparkan semua pemain industri sawit nasional dan dunia, karena Indonesia merupakan salah satu pemain terbesar dalam industri sawit dunia khususnya dalam masa krisis minyak nabati global sekarang ini, yang terlihat dari data Asosiasi Produsen Bifuels Indonesia (APROBI) dimana tahun 2020 ekspor CPO Indonesia mencapai 30 juta ton atau 63% dari total hasil produksi CPO  tahunan Indonesia.

Salah satu Srikandi sawit Milenial Goldameir Mektania mengatakan, “kebijakan pemerintah ini sebenarnya baik untuk menstabilkan harga minyak goreng yang naik dan susah didapat di pasar, tapi pemerintah juga jangan lupa efek dari diberhentikannya ekspor CPO dan minyak goreng ini adalah harga buah sawit yang akan terjun bebas di lapangan, dan efek yang paling berdampak itu adalah petani sawit”, ucapnya.

Perlu diketahui bahwa total lahan perkebunan sawit di Indonesia adalah 16.38 juta Hektar, dan  petani sawit nasional mengelola 42% dari total lahan perkebunan sawit di Indonesia.

“ini akan berdampak pelemahan ekonomi di setiap daerah yang memiliki perkebunan sawit apalagi menjelang hari raya ini, pemerintah harusnya segera menindaklanjuti keputusan ini dengan rencana dan solusi jelas dari pemberhentian ekspor CPO ini apakah missal dengan menyerap over supply produksi minyak CPO nasional”, ucap Goldameir.

Sawit merupakan tanaman yang selalu menghasilkan buah untuk di produksi berbeda dengan tambang batu bara yang dapat dihentikan produksinya tanpa mengurangi kualitasnya, hal ini menyebabkan tanaman sawit membutuhkan perawatan dan pemanenan sehingga didapatkan produksi yang maksimal dan apabila ditunda akan mengakibatkan membusuknya buah sawit tersebut dan akan merusak produksi secara signifikan.

Apabila kebijakan ini terus diperpanjangan tanpa menghasilkan solusi jelas tentang bagaimana penyerapan minyak CPO yang harusnya untuk eksport tersebut, pasti akan mengakibatkan penderitaan yang berkepanjangan bagi industri sawit dan terutama berdampak jelas kepada petani sawit yang sudah menjadi salah satu devisa negara saat ini.

Dampak spekulasi terhadap keputusan pemerintah ini saja mulai terasa bagi petani sawit. “Sejak keputusan Pemerintah di tanggal 22 April kemaren, sudah ada beberapa pabrik yang menurunkan harga beli buah sawit petani secara sepihak. Padahal pelarangan ekspor belum berlaku!”, ujar Golda.

 

Comments (0)

There are no comments yet

Related Posts

Paling Dicari

Leave a Comment